Kamis, 26 Januari 2012

Bahasa jawanya orang Lereng Barat Merapi


Berikut ini contoh kata kata bahasa jawa yang sering dipakai oleh masyarakat lereng barat merapi. Saya pilihkan yang ndeso dan kira-kira tidak diketahui orang orang kota. Jika mengetahui  >95 % kata-kata ini berarti  memang  tinggalnya tak jauh jauh dari lereng barat gunung Merapi.  


  1. Gorok: geraji
  2. Slenggrong: alat semacam sekop bertangkai pendek untuk  mengambil pasir.
  3. Wungkal: alat untuk mempertajam sabit
  4. Cekrik: nggunting
  5. Ndondomi: menjahit dengan benang dan jarum
  6. Dom: jarum
  7. Ompak: batu candi untuk fondasi soko rumah
  8. Lading :pisau sisi tajam parabol
  9. Bangak: sejenis arit seperti senjata  petruk
  10. Bendo: parang ujung membulat
  11. Brongot; menyulut dengan lidah api
  12. Canggal: cabang kayu kering
  13. Clumpring: Stipulanya bamboo
  14. Debog : pelepah pisang 
  15. Slumbat: kupas kelapa
  16. Lugut: bulu-bulu  bamboo
  17. Dongklak : pangkal + akar pohon bekas tebangan
  18. Tatal: pecahan kecil-kecil sisa kayu di belah
  19. Sengget, geyet : genter di tambah gantol untuk mengambil buah atau kayu kering
  20. Tatah rambat: luka artifisial di batang  di pohon kelapa untuk tangga
  21. Blungkang: pelepah dan tangkai daun kelapa
  22. Blarak: daun kelapa
  23. sodo: biting besar
  24. biting: tangkai daun kelapa
  25. Pondoh: ujung  batang kelapa masih muda yang bisa dimakan
  26. Manggar : kembang kelapa
  27. Kontolir: kripik ketela
  28. Balung kuwuk: kripik ketela tebal-tebal
  29. Ceplis: bulatan ketela dalamnya gula
  30. Balok: ubikayu goreng
  31. limpung: ubi jalar goreng
  32. Potil: kuwe dari ketela
  33. slondokan: makanan bulet
  34. Mancung: penutup manggar
  35. Bluluk: buah kelapa masih kecil sekali
  36. Cengkir: buah kelapa sebelum jadi degan
  37. Latar: halaman rumah  untuk main anak anak
  38. Penter :  cahaya matahari pagi mulai menyengat
  39. Surup:  senja
  40. Ratan : Jalan
  41. Empleng:  Bedengan sawah
  42. Ketebon: Batang jagung
  43. Payung munduk : Topi besar mirip tameng PHH
  44. Ngentit: bebek bertelur saat digembalakan
  45. Nggares: bertelur dalam keadaan prematur karena bebek dikejar-kejar.
  46. Kulik: Hoby pelihara merpati.
  47. Tomprang: Melepaskan burung yang sudah jinak jauh dari pagupon
  48. Pagupon: kandang merpati
  49. Bandangan: Merpati tersesat saat di tomprang
  50. Ndaut: Salah satu rangkain menanam padai
  51. Derep: Membersihkan gulma padi
  52. Ani-ani:  Alat pemanen padi perempuan
  53. Ngiles: Merontokan padi (biasa oleh perempuan)
  54. Kekrek: Mengambil damen tanaman padi bekas ani-ani
  55. Lebaran: Lahan sawah selesai panen
  56. Ngluku: Membalik tanah dengan membajak pakai kerbau/sapi
  57. Nggaru: meratakan lahan sawah yang mau ditanami padi
  58. Ngangsak: mencari bulir padi rontok saat ani ani
  59. Nutoh: Membersihkan cabang pohon sebelum ditebang
  60. Pecrok: membelah batu besar dengan alat biji belah
  61. Cublik: alat semacam tata untuk  melobangi batu  tempat belah
  62. Bodem: palu besar pemukul belah
  63. Belah: besi segitiga dipasang di lubang untuk memecah batu
  64. Langes: jelaga
  65. Leri: tajin
  66. Cething : tempat nasi
  67. Soblok: alat untuk adang sego
  68. Kukusan: anyaman kerucut dari bambu untuk menanak nasi
  69. Irus: candok dari batok klapa
  70. Turutan: kitab untuk belajar bahasa arab ditambah jus Amma. Sebelum ada iqra
  71. Sawang: rumah laba-laba
  72. Menir: pecahan beras
  73. Rambut: kulit beras
  74. Kiso: tempat menaruh ayam jantan yangmau di jual
  75. Geblek: alat memukul kasur saat dijemur
  76. Stun: karena telalu
  77. Gebandul: kesenggol cangkul yang sedang diapakai
  78. Gebeler: teriris pisau
  79. Welat: pisau dari kulit bambu
  80. Slunggoh : duri  atau serat kayu lembut yang masuk ke kulit dalamakan maupun jari kaki/tangan
  81. Doran; garan / gagang cangkul
  82. Genter: galah bambu
  83. Gembes: jerigen besar
  84. Setip: penghapus
  85. Petuk: kartu pembayaran SPP
  86. Girik : kupon
  87. Layang: surat
  88. Pak bayang: pak kadus
  89. Pak carik: sekdes
  90. Klutuk: pecahan  tepung gorangan, sejenis lentera
  91. Bolah string: benang putih punya tukang batu
  92. Irik: semacam anyaman jarangjarang dari  bambu bundar seperti tampah,
  93. Tedo: semacam tampah dengan blengker pendek
  94. Lumpang: batu yang dilubangi untuk menumbuk beras
  95. Kenteng: lumpang kecil
  96. Gondel : pisau tajam untuk bercukur
  97. Pemes: pisau lipat kecil
  98. Gajul: nendang dengan ujung jari
  99. Skit: kegajul kakinya oleh pemain  bola lain
  100. Gares: tulang kering
  101. Dlamakan: telapak kaki
  102. Gaprak: mengeblok tendangan bola lawan
  103. Wayu: Sayur basi
  104. Meling-meling: mengkilat
  105. Kiyip-kiyip: sipit
  106. Bongko: Mati mendadak
  107. Tatit: kilat
  108. Gelo: satuan uang yang diucapkan untuk uang receh
  109. Pengilon: cermin
  110. Dubang : ludah orang nginang
  111. Teken: tanda tangan
  112. Juroh :air gula untuk campuran makan nasi  ketan
  113. Banyu antah; air mentah
  114. Punji; menggendong anak di pundak
  115. Cengklak : bonceng setelah sepeda jalan
  116. Sondol poyoh : di ayun sampai mentog
  117. Gasang : anak yang bertugas di hukum saat kalah main
  118. Cengkre : anak kecil yang nakal
  119. ladhakan :  perilaku anak kecil  mengganggu temannya.
  120. kerengan :  perkelahian anak kecil
  121. Stip: penghapus
  122. suri-suri: anakan burung msih berbulu jarum
  123. usoh; sarang Burung
  124. unjal: kegiatan burung bikin sarang
  125. elik: burung meninggalkan sarang sebelum bertelur
  126. muncul: meninggalkan sarang karana anakan burung sudah bisa terbang
  127. ntrotok: burung merbah cerucuk
  128. ciblek: burung prenjak
  129. bongkrek: burung pelanduk seak
  130. deruk: burung dederuk
  131. puter: dederuk jawa

Rabu, 25 Januari 2012

Cekakak Jawa

Klasifikasi

Filum                      Chordata
Kelas                      Aves
Ordo                       Coraciformes
Famili                      Alcedinidae
Subfamili                 Halcyoninae
Genus                      Halcyon
Species                   Halcyon cyanoventris


Deskripsi

Cekakak jawa, Halcyon cyanoventris adalah burung raja udang endemik Pulau Jawa dan Bali. Burung ini memiliki ciri ukuran 25 cm, paruh besar panjang dan runcing berwarna merah. Tubuh berwarna gelap. Pada burung dewasa Kepala hitam sampai coklat, tenggorikan dan kerah berwarna coklat. Bagian  punggung dan perut berwaran biru-ungu. Bulu sayap biru, penutup sayap biru terang. Ujung sayap primer berwarna putih terlihat jelas ketika terbang. Kaki kecil berwarna merah dengan pangkal jari3dan4 menyatu syndactylus. Suara “Crii-rii-rii” seperti tertawa ngakak.

Kebiasaan
Masyarakat jawa (Magelang) menyebut burung ini dengan nama Tengkek buto. Kebiasaannya mengunjungi area pertanian menyebabkan burung ini sangat dikenal. Biasanya burung ini hinggap di kabel listrik, pohon kecil ditengah sawah atau patok yang sengaja ditancap ditengah sawah.Tidak jarang burung ini melintas diatas pemukiman dengan mengeluarkan suara yang cukup keras dan parau. Di sunda burung ini disebut burung “Kakak Gunung” karena burung ini sering ditemukan di lereng– lereng gunung dengan di atas ketinggian 1000 m dpl. Di daerah seperti ini burung cekakak jawa lebih sering mencari makanan berupa serangga dari pada  crustacea dan ikan.

  
Pakan

Burung ini biasa mnegnjung daerah dekat air bersih, bertengger pada ranting kering untuk memangsa crustacea, serangga dan vertebrata kecil.(Mackinnon 2000).Vertebrata kecil seperti ikan dan katak.
Cara berburunya biasanya dengan perching.Ditempat bertengger ia mengintai mangsa terbang atau yang ada di tanah, air. Ketika waktu tepat ia segera menyambar mangsa dan kembali ke pertenggerannya. Ia bukan tipe diver, tapi lebih suka mendarat ketanah dan meloncat mengejar mangsanya.mangsa yang ditangkapnya di ayun hentakkan dengan paruhbya yang runcing hingga mati. Baru kemudian ditelan atau dibawa ke sarangnya.


Sarang

Sarang burung cekakak jawa berada tebing-tebing vertikal seperti sungai atau cerukan dengan membuat lubang di ketinggian sekitar 1,5-3 meter  dari dasar tebing. Bentuk sarang berupa lubang dengan kedalaman 40-64 cm. Mulut sarang sangat spesifik dengan bentuk persegi panjang dengan atap melengkung. Ukuran mulut  lebar 6-9 cmdan tinggi 9-13 cm. Bagian dasar mulut sarang terdapat sepasang lekukan khas bekas mandaratnya kedua kaki cekakak jawa saat masuk ke dalam sarang. Pada akhiran lubang ini ada sebuah ruangan yang lebih lebar yang muat untuk beberapa ekor burung.

Gambar 1. anakan cekakak Jawa berumur 3 minggu berada dalam sarang .

Perkembangbiakan

Burung cekakak jawa biasa kawin pada bulan februari-sampai September. Ia mampu bertelur sebanyak 4 butir. Telurnya berbentuk bulat, berwarna putih seukuran buah kelengkeng. Anaknya bisa tumbuh dengan cepat. Dalam waktu 3 minggu bulunya sudah penuh dan bulu kapasnya telah hilang. Dalam 1 bulan ia mulai bisa terbang. Pada awal belajar terbang Induknya selalu menjaganya dari kejauhan dan tetap mamberi makan sampai beberapa bulan sampai cukup mampu berburu sendiri.

Perilaku joroknya ketika sedang memelihara anak.

Lihat saja mulut sarangnya yang dipenuhi kotoran dan sisa makanan. Kadang-kadang sampai ditumbuhi larva lalat. Bau busukpun menjadi ciri khas sarangnya Ketika berbiak, induk menjadi lebih sering  membawa makanan kedalam sarangnya, baik ketika pengeraman atau masa pemeliharaan anak. Potongan tubuh serangga, kepiting atau tulang belulang katak yang tersisa didalam sarang biasanya akan disapu dari ruangan  anak-anaknya tinggal ke arah luar, tapi tetap saja berada di lorong sarang. Seiring pertumbuhan anaknya, tumpukan sisa makanan makin menggunung, dan hampir menutupi lubang, untung masih bisa untuk keluar masuk.



                      Gambar 2. Induk sedang mengerami telurnya









Menilik secuil kehidupan liar di sekitar kita.....sungai




Menyusuri sungai ternyata bisa menjadi rekreasi yang megasyikkan. Selain bisa menikmati aliran air yang jernih, ketika menyusuri sungai tidak jarang bertemu dengan hewan-hewan liar seperti burung, ikan, katak, ular yang sedang melintas.

Minggu pagi,  hari liburku diisi dengan jalan-jalan menelusuri sungai di kampungku Dukun. Sungai itu bernama Keji, letaknya sekitar 5 km dari Muntilan ke arah timur, menuju Gunung Merapi.  Ya sungai itu memang berhulu di sana
Tepat pukul 08,00  dengan membawa binokuler dan sebuah kamera digital, penelusuran sungaipun dimulai. Dari bendungan  yang menjadi tempat mancing favorit dulu.                                                  
Diantara suara gemercik air terdengar suara “ciit...cit.,,, ciit...cit, seekor  burung terbang cepat dan hinggap di pohon persis 1,5 meter di atasku.  Itu dia Alcedo mninting, si raja udang meninting, kepalanya bergerak naik turun seperti sedang celegukan. Tenyata baru menelan mangsa ikan yang disambarnya dari sungai. “Wah  jarang-jarang bisa sedekat ini”. Ia seperti tak merasa takut hingga sempat terpotret beberapa kali.

Tak puas dengan hasil jepret amatiran, penelusuran dilanjutkan menuju   ke arah hulu. Melewati bebatuan, kucoba sebisa mungkin barjalan  tanpa menyentuh air. Tapi ini tidak berlangsung lama karena  ada obyek menarik di dinding seberang, dan  terpaksa harus mencebur  ke air setinggi perut untuk bisa mendapatkan gambar. Seekor kelabang besar seukuran penggaris mika 30 cm merayap di diantara aliran air yang mengalir di dinding tebing. Tapi sayang aku memotret tanpa pembanding.
Dengan badan basah kuyup, kamera dan binokuler kuamankan di dalam plastik.  





Penelusuran berjalan begitu lambat karena sekali-kali, pandangan terpaku pada  keadaan sekeliling. Pemandangan sungai jadi lebih sangar dengan banyak pohon-pohon berperawakan kekar seperti beringin, bendo, Gondang, Ipik, Bibisan,maupun Rempelas  ditemukan di pinggir sungai. sungai. Memang beragam Ficus mendominasi pepohonan sepanjang sungai ini. Jenis lain yang sering ditemui adalah gayam, dadap, bambu, aren, keluwih, dan kaliandra. Tanaman  herba dan semak terdiri paku-pakuan seperti Heterogonium, Selaginella, Pteris sp, , keluarga aracea Colocasia sp, Homalomena sp, Schysmatoglottis sp, juga anggrek tanah Spatoglottis sp.

 Seekor cekakak jawa Halcyon cyanoventris bertengger di pohon kaliandra yang batangnya menjorok ke badan sungai.
 Anak burung pelanduk semak, Malacocincla sepiarium yang baru saja baru belajar terbang , suaranya agak lain ‘krek-krek’. Suara  alarm ketika merasa terganggu. Ini berarti harus menjauh melanjutkan penelusuran.
Sekitar sepuluh meter berjalan menjauhi pohon kaliandra  terdengar kembali suara cekakak jawa yang kembali ke tempat semula. Dengan merunduk dan sembunyi di belakang batu besar kutunggu apa yang akan dilakukan.  Dari tempat bertenggernya ia terbang menuju sebuah lubang di dinding tebing. Namun ia urung masuk dan terbang mambalik pergi. Lubang itu berada di ketinggian sekitar 2 meter. Ketika lubang dipotret ternyata terdapat 3 anak cekakak jawa

Sarangnya berupa lubang dengan kedalaman sekitar setengah meter. Sarang Cekakak jawa mudah dikenali karena bentuk lubang sarang sangat khas. Lubang  seukuran satu kepalan 

ketika anak bersenandung

                                                                        Anak TK memakai kostum Topeng ireng
                                                                         kesenian khas Lereng Merapi


Anak lereng Merapi yang ceria, selalu bernyanyi setiap bermain, ada lagu yang sering dinyanyikan  saat main layangan. Lagu ini  digunakan untuk  memanggil angin, berharap layangan bisa melayang-layang diudara. Berikut ini lirik lagunya

Pe...cempe undangno barat gedhe
nek gedhe tak opahi tape
nek entek njukuk dewe

Cukup pendek dan sederhana. Meski simpel tapi  lagu ni punya rima yang teratur dan mudah diingat,  ada lagi lagu anak tentang ekspresi seorang anak yang punya adik baru. liriknya  seperti ini


Aku nduwe adik
tak lungguhke ndingklik
tibo njempalik
wudhele tothol pitik.


Hahaha lucu, vulgar, dan menggelitik. tapi sekali lagi ini hanya lagu bermain, tidak ada unsur kekerasan.
Dan jujur lihat syair sederhana ini terlihat ada rima teratur juga kan, memang lagu  Jawa sesederhana apapun tetap memiliki warna semacam parikan, atau pantun. kalau ga percaya saya tunjukkan lagu yang lain tentang anak-anak yang sedang duduk bersama di atas batu besar di pinggir sungai. mereka berdesakan dan menyanyikan lagu ini

Suk-sukan dino pahing
suk bodho nyembelih kucing
kicinge gerang gering
sek mangan silite mlenting

hahahaha... iya kan. coba kalau yang ini


bang-bung-bang-tut
cendelo-elo-elo
sopo wani ngentut
 ketiban raja tuwo

tuwo tuwo kaji 
mbengi-mbengi mbukak roti

roti-roti bandhos 
sing ngentut****te mbeldos

wahahahaha...semua lagu ini jika diperhatikan punya akhiran yang lucu, seperti timpalan dari kalimat-kalimat sebelumnya. Kalau istilah jawanya  "nylekop".